Senin, 05 Desember 2011

BUDAYA PERTANIAN

Gambar 1.  Peta lokasi ditemukannya bukti-bukti awal adanya pertanian. [Gupta, 2004: 56]
Bagi semua mahluk hidup mencari makan merupakan salah satu hal terpenting, demikian juga manusia.  Cara manusia untuk mendapatkan makanan menurut Ferraro (2004: 140) bisa dikelompokkan dalam menjadi beberapa macam, yaitu:
  • Pengumpul dan peramu, merupakan kelompok masyarakat yang masih sangat mengandalkan hasil alam.  Contohnya adalah kelompok yang masih mengandalkan perburuan dan masayarakat nelayan.
  • Hortikultura, merupakan bentuk dasar dari penanaman tanaman budidaya.  Kelompok masyarakat ini masih mengandalkan alat yang sederhana dan masih sangat mengandalkan tenaga manusia.
  • Pastoralisme, merupakan kelompok masyarakat yang mengandalkan peternakan sebagai sumber utama makanannya.
  • Agrikultur, kelompok masyarakat ini jauh lebih produktif dari kelompok hortikultura.  Mereka sudah mengandalkan mahluk lain dan teknologi untuk membantu mereka mendapatkan panen yang lebih baik.
  • Industrialisasi, kelompok masyarakat yang menghasilkan makannya melalui proses industri yang kompleks.
Cara mendapatkan makanan setiap masyarakat merupakan proses adaptasi secara perlahan terhadap kondisi lingkungan yang ada. Perubahan pola mendapatkan makanan akan bergeser sesuai dengan perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap bangsa.  Jadi ada hubungan yang erat antara interaksi manusia dengan lingkungan dan kemajuan teknologi yang dimilikinya. 
Dalam evolusinya, manusia mengalami banyak perubahan dalam pola mencari makannya.  Tetapi perubahan tercepat terjadi hanya pada kurun waktu 10,000 tahun terakhir.  Pada masa pleistocene atau zaman es, tidak banyak perubahan pola yang terjadi.  Menurut Gupta (2004: 56) pertanian tampaknya tidak dimulai dari zaman Pleistocene karena pada saat itu udara terlalu dingin, kering, dan berkadar CO2 sangat rendah.  Masa awal Halocene(10,000-7,000 tahun yang lalu) merupakan saat yang cocok dengan kondisi yang dibutuhkan utnuk pertanian.  Pada masa ini di duga manusia juga sudah mendomestikasi hewan-hewan ternak untuk dimanfaatkan.
Sekitar 10,000-7,000 tahun yang lalu, manusia melakukan revolusi dalam usaha mendapatkan makanannya.  Manusia berubah dari peramu dan pengumpul menjadi pola pertanian yang relatif menetap dengan mendomestikasi tumbuhan dan hewan (Ferraro 2004: 151; Hawkes 1983: 1). 
Pola-pola pertanian muncul pada beberapa lokasi di seluruh dunia. Ssetidaknya ada beberapa lokasi yang berbeda yaitu Timur Tengah, China, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Ada beberapa ahli yang menambahkan Asia Tenggara dan Sub Sahara di Afrika sebagai sumber awal munculnya pertanian.  Dari semua perbedaan itu, hampir semuanya sependapat bahwa budaya pertanian dimulai sekitar 10,000-7,000 tahun yang lalu (Ferraro 2004: 151, Gupta, 2004: 54; Hawke 1983: 1-2)
Di daerah Timur Tengah munculnya pola pertanian ditandai dengan ditemukannya artefak daerah bulan sabit di timur tengah seperti Jordan, Israel, Syria, dan sebagian Turki.  Daerah Asia yang lain adalah daerah Utara Cina dan daerah Indocina yang meliputi Thailand dan daerah sekitar Sungai Mekong. Sedangkan daerah Amerika Selatan meliputi daerah-daerah seperti Mexico dan dan Peru di daerah selatannya (Ferraro 2004: 151; Hawkes 1983: 1-4).
Setiap daerah mengembangkan sendiri tipe-tipe tanaman yang di konsumsinya.  Hal tersebut terjadi karena setiap daerah mempunyai kondisi ekologis yang berbeda. Kondisi tersebut memicu munculnya tanaman yang spesifik mendominasi wilayah tersebut.   Menurut Hawkes (1983: 1-2) daerah bulan sabit di sekitar lembah Jordan mengembangkan gandum dan jewawut, sedangkan Cina mengembangkan millet (sejenis gandum). Daerah Amerika Tengah dan Peru mengembangkan labu, kacang-kacangan, lada, merica, cabai, dan jagung. Daerah-daerah tersbut menjadi pusat penyebaran (centre of origin) dari tanaman-tanaman yang menjadi hasil panen utama di dunia.
Saat ini, dari sekitar 200,000 spesies tanaman berbunga yang diketahui, hanya sekitar 3,000 jenis yang dipergunakan sebagai makanan. Sekitar 200 diantaranya sudah di domenstikasi sebagai tanaman pertanian.  Dari jumlah tersebut,  hanya sekitar 15-20 jenis saja yang menjadi konsumsi utama di dunia (Hawkes 1983: 5-6).
Tanaman yang menjadi konsumsi utama tersebut dibudidayakan secara massal di seluruh dunia.  Karena nilai ekonomisnya tinggi, maka setiap bangsa berusaha untuk mengoptimalkan hasil pertanianya.  Tanpa terasa, terjadi perubahan dalam kehidupan manusia.
Perubahan ini membawa dampak yang signifikan pada pola budaya dan perkembangan teknologi manusia.  Pola pertanian merubah struktur komunitas masyarakat suatu grup atau suku.  Bila pada penduduk yang peramu dan pengumpul anak-anak merupakan beban karena belum memiliki kemampuan berburu, sementara pada masyarakat petani, anak-anak merupakan tenaga kerja tambahan (Ferraro, 2004: 152). 
To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar